This is featured post 1 title

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation test link ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat.

This is featured post 2 title

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation test link ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat.

This is featured post 3 title

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation test link ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat.

This is featured post 4 title

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation test link ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat.

This is featured post 5 title

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation test link ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat.

BUKTI ILMIAH DIBALIK NAMA TIMUN SURI

0 komentar

“BUKTI ILMIAH DIBALIK NAMA TIMUN SURI”

Oleh :

Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Scdan Charisma Eko Wicaksono, S.Si.2


Bagi yang belum mengenal tanaman ini, mungkin timbul rasa ingin tahunya apabila disebutkan namanya yaitu timun suri. Apakah tanaman tersebut cantik seperti permaisuri raja-raja pada umumnya, atau penuh wibawa dan kasih sayang seperti Ibu suri di suatu kerajaan. Adakah persamaan diantara ketiganya. Atau pertanyaan yang paling sering muncul adalah apakah keistimewaan yang dimiliki oleh tanaman tersebut, sehingga harus ada embel-embel suri di belakang namanya. Memang filosofi mengenai nama ini sudah menjadi ciri khas nenek moyang leluhur bangsa-bangsa di dunia terutama di tanah nusantara ini. Misteri yang terkandung dalam suatu nama terkadang sulit untuk dipecahkan, bahkan setelah dilakukan penelitian yang intensif. Sehingga, sang pujangga tersohor dunia William Shakesphere yang mengarang cerita terkenal Romeo dan Juliet mengeluarkan statement yang berbau filosofis namun sebenarnya ada sedikit keputus asaan yaitu “Apa arti sebuah nama!!”. Padahal seperti kita ketahui, bahwa manusia diberikan daya oleh Allah SWT yang maha kuasa berupa cipta rasa dan karsa. Sehingga dari daya tersebut, manusia dapat membentuk kebudayaannya sendiri dan memberikan nama-nama pada unsur budaya dengan maksud tertentu. Memang kajian filosofis mengenai nama tidak akan mungkin cukup selesai dalam satu BAB pembahasan saja, perdebatan mengenai nama benda tidak akan pernah selesai. Sehingga daripada sibuk-sibuk mending kita mengikuti perkataan Shakespere. Tetapi, satu hal yang sudah pasti adalah bahwa manusia membentuk suatu budaya dengan kepentingan dan maksud tertentu. Termasuk ketika dengan melabeli benda yang dikenal dengan nama tertentu. Dalam artikel ini, justru saya menghindari perdebatan mengenai unsur , makna atau filosofi yang terkandung dalam nama timun suri. Akan tetapi marilah kita melihat fakta-fakta yang terjadi secara umumnya (awam .red) atau yang merupakan fakta ilmiah.

Istimewanya Timun Suri (Munculnya, Berkahnya, Rasanya, Khasiatnya)
Bagi masyarakat Jakarta pada umumnya baik yang beragama muslim maupun non muslim, timun suri merupakan tanaman istimewa karena fenomena munculnya tanaman tersebut adalah pada saat bulan suci Ramadhan. Bulan yang dikenal sebagai bulan puasa memang memberikan keberkahan pada negeri yang menyambut kedatangannya dengan beragam budaya. Pada bulan tersebut, banyak sekali ditemukan panganan, minuman, buah-buahan yang sulit sekali dilihat pada saat bulan selain Ramadhan. Antara lain, kolang-kaling, kurma, kolak dan juga timun suri. Buah-buahan yang disebutkan terakhir tidak akan mudah dijumpai di wilayah Jakarta apabila bukan bulan Puasa. Padahal, tanaman tersebut bukanlah tanaman musiman secara biologi, namun telah menjadi buah musiman bagi budaya masyarakat Jakarta khususnya. Sulit sekali ditemukan jawaban yang pasti apabila kita mencari informasi mengenai hal ini baik ke petani yang menanamnya atau bahkan dinas pertanian sebagai institusi pemerintah. Tidak ada rekaman sejarah yang jelas mengenai musim tanam timun suri di Jakarta. Hanya ada informasi yang mengatakan bahwa tanaman ini dibudidayakan setiap saat seperti halnya timun, melon dan semangka di daerah pesisir Barat pulau Jawa yaitu di Propinsi Banten. Konon katanya di daerah tersebut, penanaman timun suri tidak mengenal musim-musiman seperti halnya di Jakarta. Asumsi yang muncul adalah bahwa sudah menjadi kebiasaan permintaan akan konsumsi buah timun suri melonjak pada bulan Ramadhan sedangkan di bulan lain sepi dari permintaan. Sehingga hal ini menimbulkan spekulasi bagi para petani untuk berlomba-lomba menanam buah timun suri menjelang bulan Ramadhan. Keistimewaan timun suri yang lain adalah menimbulkan revolusi sesaat bagi sebagian masyarakat baik dalam profesi maupun pemanfaatan lahan. Bulan Ramadhan dapat mengubah profesi seorang tukang ojek, buruh panggul, tukang becak menjadi petani sementara yang bercocok tanam timun suri. Selain itu, lahan-lahan yang tadinya tidak dimanfaatkan atau ditanam tanaman lain seketika menjelang Ramadhan berubah menjadi ladang tempat bercocok tanam timun suri. Juga, lapak-lapak dagangan buah dan sayur menjadi berubah warnanya dipenuhi buah timun suri yang berwarna kuning, putih hijau dengan berbagai macam coraknya. Dari hal tersebut tentunya bulan Ramadhan yang memang penuh berkah di dalamnya telah memberikan berkah bagi orang-orang yang mendapatkan tambahan penghasilan melalui timun suri. Meskipun sedikit, tetapi cukup untuk Lebaran kata mereka yang mendapatkan Rizki dari Allah SWT melalui bercocok tanam, menyewakan lahan untuk bercocok tanam ataupun menjual buah timun suri.
Belum lagi dalam hal rasa, buah timun suri memang suedapsueger dan mak nyuss kata Pak Bondan. Apalagi setelah diolah menjadi es buah, koktil atau tabur gula timun suri menjadi sensasi bagi penikmatnya. Sajian olahan panganan dan minuman timun suri biasanya ada pada saat buka puasa di hampir setiap rumah. Bahkan ada keluarga yang memang menjadikan buah timun suri sebagai sajian utama khas berbuka puasa selain kolak dan kolang-kaling. Masalah rasa katanya adalah subyektif bagi tiap orang, tapi untuk timun suri kesimpulan yang didapatkan adalah sama mengenai rasanya yang dapat memberikan efek kesegaran. Terutama setelah seharian berpuasa, rasanya segar sekali apabila berbuka dengan timun suri. Dan konon katanya, buah timun suri juga berkhasiat untuk menghilangkan panas dalam mirip minuman penyegar. Dari beberapa keistimewaan ini mungkin dapat sedikit memecahkan filosofi yang terkandung dalam nama timun suri. Timun suri, permaisuri dan Ibu suri memiliki kesamaan yaitu sama-sama istimewa. Sehingga, mungkin sangat cocok apabila tanaman ini dinamakan oleh pendahulu kita sebagai timun suri.

Misteri nama timun suri
Sekali lagi, saya mengajak untuk keluar dari debat kusir mengenai filosofi mengapa timun suri dinamakan sebagai “timun suri”. Memang belum ditemukan fakta lapangan mengenai mengapa masyarakat memberikan nama timun suri, dan fakta tersebut seharusnya tetap dicari . Kembali kepada asumsi yang muncul, mungkin ada kemiripan tanaman ini dengan timun. Untuk mengetahui yang lebih mendekati kebenaran ilmiah, maka perlu dilakukan penelitian guna mencari data-data yang kemudian dapat dianalisis dan ditarik kesimpulan . Berdasarkan fakta ilmiah yang didapatkan menunjukkan bahwa sekilas tanaman timun suri memiliki kemiripan dengan timun. Timun yang dalam bahasa ilmiah disebut sebagai Cucumis sativus yang termasuk dalam keluarga labu-labuan (Cucurbitaceae) memiliki ciri-ciri umum seperti yang dimiliki oleh tanaman anggota keluarga labu-labuan lainnya seperti melon (Cucumis melo). Yaitu antara lain batangnya merupakan herbaceous (herba) yang penuh dengan klorofil sehingga warnanya hijau, tumbuh merambat dengan sulur, memiliki bunga berbentuk terompet. Begitu pula dengan timun suri yang ciri-ciri tumbuhnya sama dengan timun dan tanaman Cucurbitaceae lainnya. Ciri-ciri umum ini tentunya akan banyak kemiripannya antara tanaman yang memiliki hubungan kekerabatan yang lebih dekat. Anggota tanaman dalam satu marga akan lebih sedikit memiliki kesamaan dalam ciri-ciri umum ini jika dibandingkan dengan tanaman dalam satu Jenis/Spesies yang memiliki sifat kekukhusan atau spesifikasi tertentu. Apabila dua individu memiliki ciri-ciri umum yang semakin banyak, bisa jadi antara keduanya merupakan satu spesies. Yang terjadi selanjutnya adalah diketahui tanaman timun memiliki perbedaan dengan timun suri dalam hal bentuk daun dan bentuk buah.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Charisma Eko Wicaksono pada tahun 2005-2007, yang membandingkan antara bentuk daun, buah dan biji timun, timun suri dan melon, diketahui bahwa daun timun berbentuk segi lima, menyudut runcing serta bergerigi pada tepinya. Sedangkan daun timun suri berbentuk bulat, tidak bersudut runcing dan bergerigi pada tepinya. Bentuk daun melon adalah bulat, berlekuk dan tidak bergerigi. Biji (benih) timun lebih pipih dan panjang dibandingkan dengan melon yang menggelendong dan lebih pendek dari timun dan timun suri. Dan biji timun suri lebih pendek dan lebih menggelendong dibandingkan dengan biji timun dan lebih panjang dibandingkan dengan melon. Selain itu, dari bentuk buah terlihat jelas perbedaan diantara ketiganya. Buah timun berbentuk lonjong panjang dengan diameter relatif lebih kecil dibanding buah timun suri. Sedangkan buah melon memiliki perbedaan yang jelas terlihat yakni berbentuk bulat. Sehingga dapat ditarik garis besar bahwa ciri umum timun suri berada di tengah antara timun dan melon. Perbedaan yang jelas terdapat pada bentuk buahnya. Akan tetapi ada satu fenomena menarik yang muncul dalam pengamatan buah yang masak antara timun-timun suri-melon. Bahwa, buah timun yang masak tidak mengeluarkan aroma yang harum seperti buah timun suri dan melon. Informasi ini menambah kesimpulan mengenai lebih dekatnya hubungan kekerabatan timun suri dengan melon dibandingkan timun. Hasil penelitian tersebut memang belum dapat menyimpulkan apakah timun suri termasuk spesies timun atau melon sehingga menuju kesimpulan bahwa apakah tanaman istimewa tersebut lebih tepat disebut sebagai


Timun suri atau Melon suri.
Penelitian tersebut dilanjutkan ketingkat yang lebih dalam dengan mencari tahu informasi mengenai karakter kromosom timun suri serta perbandingannya dengan timun dan melon. Riset dilakukan di Laboratorium Genetika Fakultas Biologi UGM Yogyakarta. Karakter kromosom yang diteliti adalah jumlah dan formula karyotypenya. Definisi kromosom secara umum adalah kumpulan rantai DNA yang terdapat dalam inti sel eukaryotik yang jumlah dan bentuknya spesifik pada satu spesies. Antara satu spesies dengan spesies lainnya memiliki jumlah kromosom dan formula karyotype yang berbeda. Sehingga, karakter ini dapat dijadikan sebagai petunjuk untuk menentukan kedudukan individu dalam spesies tertentu. Sehingga apabila timun suri dan timun adalah termasuk jenis tanaman yang sama, maka keduanya kemungkinan besar memiliki jumlah kromosom yang sama. Jumlah kromosom diploid timun suri yang diketahui dalam penelitian tersebut adalah 24. Sedangkan jumlah kromosom diploid timun dan melon berbeda yaitu timun 2n=14 sedangkan melon 2n=24. Hasil karyotypejuga menunjukkan bahwa timun suri memiliki bentuk kromosom metasentris dan memiliki kesamaan dengan varietas melon lokal. Berdasarkan jumlah kromosom dan karyotype tersebut dapat disimpulkan bahwa timun suri bukan dan tidak termasuk anggota spesies timun. Namun, timun suri lebih dekat kekerabatanya dengan melon .

MACAM-MACAM BUDIDAYA

0 komentar

1. SEJARAH SINGKAT Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil, berkaki pendek dan dapat diadu. Burung puyuh disebut juga Gemak (Bhs. Jawa-Indonesia). Bahasa asingnya disebut “Quail”, merupakan bangsa burung (liar) yang pertama kali diternakan di Amerika Serikat, tahun 1870. Dan terus dikembangkan ke penjuru dunia. Sedangkan di Indonesia puyuh mulai dikenal, dan diternak semenjak akhir tahun 1979. Kini mulai bermunculan di kandangkandang ternak yang ada di Indonesia.2. SENTRA PETERNAKAN Sentra Peternakan burung puyuh banyak terdapat di Sumatera, Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. 3. J E N I S
kelas
: Aves (Bangsa Burung)
Ordo
: Galiformes
Sub Ordo
: Phasianoidae
Famili
: Phasianidae
Sub Famili
: Phasianinae
Genus
: Coturnix
Species
: Coturnix-coturnix Japonica
4. MANFAAT
1)
Telur dan dagingnya mempunyai nilai gizi dan rasa yang lezat
2)
Bulunya sebagai bahan aneka kerajinan atau perabot rumah tangga lainnya
3)
Kotorannya sebagai pupuk kandang ataupun kompos yang baik dapat digunakan sebagai pupuk tanaman
5. PERSYARATAN LOKASI
1)
Lokasi jauh dari keramaian dan pemukiman penduduk
2)
Lokasi mempunyai strategi transportasi, terutama jalur sapronak dan jalur-jalur pemasaran
3)
Lokasi terpilih bebas dari wabah penyakit
4)
Bukan merupakan daerah sering banjir
5)
Merupakan daerah yang selalu mendapatkan sirkulasi udara yang baik.
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA Sebelum usaha beternak dimulai, seorang peternak wajib memahami 3 (tiga) unsur produksi yaitu: manajemen (pengelolaan usaha peternakan), breeding (pembibitan) dan feeding (makanan ternak/pakan)
6.1.
Penyiapan Sarana dan Peralatan
  1. Perkandangan
    Dalam sistem perkandangan yang perlu diperhatikan adalah temperatur kandang yang ideal atau normal berkisar 20-25 derajat C; kelembaban kandang berkisar 30-80%; penerangan kandang pada siang hari cukup 25- 40 watt, sedangkan malam hari 40-60 watt (hal ini berlaku untuk cuaca mendung/musim hujan). Tata letak kandang sebaiknya diatur agar sinar matahari pagi dapat masuk kedalam kandang.
Model kandang puyuh ada 2 (dua) macam yang biasa diterapkan yaitu sistem litter (lantai sekam) dan sistem sangkar (batere). Ukuran kandang untuk 1 m2 dapat diisi 90-100 ekor anak puyuh, selanjuntnya menjadi 60 ekor untuk umur 10 hari sampai lepas masa anakan. Terakhir menjadi 40 ekor/m2 sampai masa bertelur.
Adapun kandang yang biasa digunakan dalam budidaya burung puyuh adalah:
a.
Kandang untuk induk pembibitan
Kandang ini berpegaruh langsung terhadap produktifitas dan kemampuan menghasilkan telur yang berkualitas. Besar atau ukuran kandang yang akan digunakan harus sesuai dengan jumlah puyuh yang akan dipelihara. Idealnya satu ekor puyuh dewasamembutuhkan luas kandang 200 m2.
b.
Kandang untuk induk petelur
Kandang ini berfungsi sebagai kandang untuk induk pembibit. Kandang ini mempunyai bentuk, ukuran, dan keperluan peralatan yang sama. Kepadatan kandang lebih besar tetapi bisa juga sama.
c.
Kandang untuk anak puyuh/umur stater(kandang indukan)
Kandang ini merupakan kandang bagi anak puyuh pada umur starter, yaitu mulai umur satu hari sampai dengan dua sampai tiga minggu. Kandang ini berfungsi untuk menjaga agar anak puyuh yang masih memerlukan pemanasan itu tetap terlindung dan mendapat panas yang sesuai dengan kebutuhan. Kandang ini perlu dilengkapi alat pemanas.
Biasanya ukuran yang sering digunakan adalah lebar 100 cm, panjang 100 cm, tinggi 40 cm, dan tinggi kaki 50 cm. (cukup memuat 90-100 ekor anak puyuh).
d.
Kandang untuk puyuh umur grower (3-6 minggu) dan layer (lebih dari 6 minggu)
Bentuk, ukuran maupun peralatannya sama dengan kandang untuk induk petelur. Alas kandang biasanya berupa kawat ram.
  1. Peralatan
    Perlengkapan kandang berupa tempat makan, tempat minum, tempat bertelur dan tempat obat-obatan.
6.2.
Peyiapan Bibit
Yang perlu diperhatikan oleh peternak sebelum memulai usahanya, adalah memahami 3 (tiga) unsur produksi usaha perternakan yaitu bibit/pembibitan, pakan (ransum) dan pengelolaan usaha peternakan.
Pemilihan bibit burung puyuh disesuaikan dengan tujuan pemeliharaan, ada 3 (tiga) macam tujuan pemeliharaan burung puyuh, yaitu:
a.
Untuk produksi telur konsumsi, dipilih bibit puyuh jenis ketam betina yang sehat atau bebas dari kerier penyakit.
b.
Untuk produksi daging puyuh, dipilih bibit puyuh jantan dan puyuh petelur afkiran.
c.
Untuk pembibitan atau produksi telur tetas, dipilih bibit puyuh betina yang baik produksi telurnya dan puyuh jantan yang sehat yang siap membuahi puyuh betina agar dapat menjamin telur tetas yang baik.
6.3.
Pemeliharaan
  1. Sanitasi dan Tindakan Preventif
    Untuk menjaga timbulnya penyakit pada pemeliharaan puyuh kebersihan lingkungan kandang dan vaksinasi terhadap puyuh perlu dilakukan sedini mungkin.
  2. Pengontrolan Penyakit
    Pengontrolan penyakit dilakukan setiap saat dan apabila ada tanda-tanda yang kurang sehat terhadap puyuh harus segera dilakukan pengobatan sesuai dengan petunjuk dokter hewan atau dinas peternakan setempat atau petunjuk dari Poultry Shoup.
  3. Pemberian Pakan
    Ransum (pakan) yang dapat diberikan untuk puyuh terdiri dari beberapa bentuk, yaitu: bentuk pallet, remah-remah dan tepung. Karena puyuh yang suka usil memtuk temannya akan mempunyai kesibukan dengan mematuk-matuk pakannya. Pemberian ransum puyuh anakan diberikan 2 (dua) kali sehari pagi dan siang. Sedangkan puyuh remaja/dewasa diberikan ransum hanya satu kali sehari yaitu di pagi hari. Untuk pemberian minum pada anak puyuh pada bibitan terus-menerus.
  4. Pemberian Vaksinasi dan Obat
    Pada umur 4-7 hari puyuh di vaksinasi dengan dosis separo dari dosis untuk ayam. Vaksin dapat diberikan melalui tetes mata (intra okuler) atau air minum (peroral). Pemberian obat segera dilakukan apabila puyuh terlihat gejala-gejala sakit dengan meminta bantuan petunjuk dari PPL setempat ataupun dari toko peternakan (Poultry Shoup), yang ada di dekat Anda beternak puyuh.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1.
Penyakit
1.
Radang usus (Quail enteritis)
Penyebab: bakteri anerobik yang membentuk spora dan menyerang usus, sehingga timbul peradangan pada usus.
Gejala: puyuh tampak lesu, mata tertutup, bulu kelihatan kusam, kotoran berk yang membentuk spora dan menyerang usus, sehingga timbul peradangan pada usus.
Gejala: puyuh tampak lesu, mata tertutup, bulu kelihatan kusam, kotoran berair dan mengandung asam urat.
Pengendalian: memperbaiki tata laksana pemeliharaan, serta memisashkan burung puyuh yang sehat dari yang telah terinfeksi.
2.
Tetelo (NCD/New Casstle Diseae)
Gejala: puyuh sulit bernafas, batuk-batuk, bersin, timbul bunyi ngorok, lesu, mata ngantuk, sayap terkulasi, kadang berdarah, tinja encer kehijauan yang spesifik adanya gejala “tortikolis”yaitu kepala memutar-mutar tidak menentu dan lumpuh.
Pengendalian: (1) menjaga kebersihan lingkungan dan peralatan yang tercemar virus, binatang vektor penyakit tetelo, ayam yang mati segera dibakar/dibuang; (2) pisahkan ayam yang sakit, mencegah tamu masuk areal peternakan tanpa baju yang mensucihamakan/ steril serta melakukan vaksinasi NCD. Sampai sekarang belum ada obatnya.
3.
Berak putih (Pullorum)
Penyebab: Kuman Salmonella pullorum dan merupakan penyakit menular.
Gejala: kotoran berwarna putih, nafsu makan hilang, sesak nafas, bulu-bulu mengerut dan sayap lemah menggantung.
Pengendalian: sama dengan pengendalian penyakit tetelo.
4.
Berak darah (Coccidiosis)
Gejala: tinja berdarah dan mencret, nafsu makan kurang, sayap terkulasi, bulu kusam menggigil kedinginan.
Pengendalian: (1) menjaga kebersihan lingkungaan, menjaga litter tetap kering; (2) dengan Tetra Chloine Capsule diberikan melalui mulut; Noxal, Trisula Zuco tablet dilarutkan dalam air minum atau sulfaqui moxaline, amprolium, cxaldayocox
5.
Cacar Unggas (Fowl Pox)
Penyebab: Poxvirus, menyerang bangsa unggas dari semua umur dan jenis kelamin.
Gejala: imbulnya keropeng-keropeng pada kulit yang tidak berbulu, seperti pial, kaki, mulut dan farink yang apabila dilepaskan akan
mengeluarkan darah.
Pengendalian: vaksin dipteria dan mengisolasi kandang atau puyuh yang terinfksi.
6.
Quail Bronchitis
Penyebab: Quail bronchitis virus (adenovirus) yang bersifat sangat menular.
Gejala: puyuh kelihatan lesu, bulu kusam, gemetar, sulit bernafas, batuk dan bersi, mata dan hidung kadang-kadang mengeluarkan lendir serta kadangkala kepala dan leher agak terpuntir.
Pengendalian: pemberian pakan yang bergizi dengan sanitasi yang memadai.
7.
Aspergillosis
Penyebab: cendawan Aspergillus fumigatus.
Gejala: Puyuh mengalami gangguan pernafasan, mata terbentuk lapisan putih menyerupai keju, mengantuk, nafsu makan berkurang.
Pengendalian: memperbaiki sanitasi kandang dan lingkungan sekitarnya.
8.
Cacingan
Penyebab: sanitasi yang buruk.
Gejala: puyuh tampak kurus, lesu dan lemah.
Pengendalian: menjaga kebersihan kandang dan pemberian pakan yang terjaga kebersihannya.
8. P A N E N
8.1.
Hasil Utama
Pada usaha pemeliharaan puyuh petelur, yang menjadi hasil utamanya adalah produksi telurnya yang dipanen setiap hari selama masa produksi berlangsung.
8.2.
Hasil Tambahan
Sedangkan yang merupakan hasil tambahan antara lain berupa daging afkiran, tinja dan bulu puyuh.

Sabtu, 13 Maret 2010

Budidaya Sapi



Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh kendaraan. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang serta dekat dengan lahan pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah atau ladang.
Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan.
Pembuatan kandang untuk tujuan penggemukan (kereman) biasanya berbentuk tunggal apabila kapasitas ternak yang dipelihara hanya sedikit. Namun, apabila kegiatan penggemukan sapi ditujukan untuk komersial, ukuran kandang harus lebih luas dan lebih besar sehingga dapat menampung jumlah sapi yang lebih banyak.
Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya berbagai penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi. Lantai tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alas kandang yang hangat.
Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai harus disuci hamakan terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti creolin, lysol, dan bahanbahan lainnya.
Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5×2 m atau 2,5×2 m, sedangkan untuk sapi betina dewasa adalah 1,8×2 m dan untuk anak sapi cukup 1,5×1 m per ekor, dengan tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah. Temperatur di sekitar kandang 25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m).
Kandang untuk pemeliharaan sapi harus bersih dan tidak lembab. Pembuatan kandang harus memperhatikan beberapa persyaratan pokok yang meliputi konstruksi, letak, ukuran dan perlengkapan kandang.
II. Pembibitan
Syarat ternak yang harus diperhatikan adalah:
1) Mempunyai tanda telinga, artinya pedet tersebut telah terdaftar dan lengkap silsilahnya.
2) Matanya tampak cerah dan bersih.
3) Tidak terdapat tanda-tanda sering butuh, terganggu pernafasannya serta dari hidung tidak keluar lendir.
4) Kukunya tidak terasa panas bila diraba.
5) Tidak terlihat adanya eksternal parasit pada kulit dan bulunya.
6) Tidak terdapat adanya tanda-tanda mencret pada bagian ekor dan dubur.
7) Tidak ada tanda-tanda kerusakan kulit dan kerontokan bulu.
III. Penyakit
1. Penyakit antraks
Penyebab: Bacillus anthracis yang menular melalui kontak langsung, makanan/minuman atau pernafasan.
Gejala: (1) demam tinggi, badan lemah dan gemetar; (2) gangguan pernafasan; (3) pembengkakan pada kelenjar dada, leher, alat kelamin dan badan penuh bisul; (4) kadang-kadang darah berwarna merah hitam yang keluar melalui hidung, telinga, mulut, anus dan vagina; (5) kotoran ternak cair dan sering bercampur darah; (6) limpa bengkak dan berwarna kehitaman.
Pengendalian: vaksinasi, pengobatan antibiotika, mengisolasi sapi yang terinfeksi serta mengubur/membakar sapi yang mati.
2. Penyakit mulut dan kuku (PMK) atau penyakit Apthae epizootica (AE)Penyebab: virus ini menular melalui kontak langsung melalui air kencing, air susu, air liur dan benda lain yang tercemar kuman AE.
Gejala: (1) rongga mulut, lidah, dan telapak kaki atau tracak melepuh serta terdapat tonjolan bulat berisi cairan yang bening; (2) demam atau panas, suhu badan menurun drastis; (3) nafsu makan menurun bahkan tidak mau makan sama sekali; (4) air liur keluar berlebihan.
Pengendalian: vaksinasi dan sapi yang sakit diasingkan dan diobati secara terpisah.
3. Penyakit ngorok/mendekur atau penyakit Septichaema epizootica (SE)
Penyebab: bakteri Pasturella multocida. Penularannya melalui makanan dan minuman yang tercemar bakteri.
Gejala: (1) kulit kepala dan selaput lendir lidah membengkak, berwarna merah dan kebiruan; (2) leher, anus, dan vulva membengkak; (3) paru-paru meradang, selaput lendir usus dan perut masam dan berwarna merah tua; (4) demam dan sulit bernafas sehingga mirip orang yang ngorok. Dalam keadaan sangat parah, sapi akan mati dalam waktu antara 12-36 jam.
Pengendalian: vaksinasi anti SE dan diberi antibiotika atau sulfa.
4. Penyakit radang kuku atau kuku busuk (foot rot)
Penyakit ini menyerang sapi yang dipelihara dalam kandang yang basah dan kotor.
Gejala: (1) mula-mula sekitar celah kuku bengkak dan mengeluarkan cairan putih keruh; (2) kulit kuku mengelupas; (3) tumbuh benjolan yang menimbulkan rasa sakit; (4) sapi pincang dan akhirnya bisa lumpuh.
Pengendalian penyakit sapi yang paling baik menjaga kesehatan sapi dengan tindakan pencegahan. Tindakan pencegahan untuk menjaga kesehatan sapi adalah:
1. Menjaga kebersihan kandang beserta peralatannya, termasuk memandikan sapi.
2. Sapi yang sakit dipisahkan dengan sapi sehat dan segera dilakukan pengobatan.
3. Mengusakan lantai kandang selalu kering.
4. Memeriksa kesehatan sapi secara teratur dan dilakukan vaksinasi sesuai petunjuk

Penetasan telur bebek


Mesin penetas Telur Bebek ukuran ( 0,6 x 2,4 x 0,4 ) m3 ; dibagi menjadi 2 ruangan yang tiap ruangannya dipanaskan dengan bolam 10 watt - sebanyak 8 bolam/ruangan jadi ada 16 bolam per mesin tetas . Tiap mesin tetas muat 2x150 butir = 300 butir dengan masa tetas 28 hari; keberhasilan 75% , jadi tiap 900 butir telur, yang jadi 600 butir ( masih perlu modifikasi mesin tetas, untuk meningkatkan keberhasilan penetasan ). Kandang Pembesaran Bebek dengan lantai tanah asli dengan dijaga agar selalu kering. Untuk Mereduksi Bau kotoran yang tadinya mengganggu tetangga, dilakukan Cara : 1. Makanan dicampur cairan penghilang bau yang dicampurkan ke makanan bebek, 2. Kandang selalu dijaga kekeringannya dengan memindahkan air minum portable 2x sehari, agar sekitar tempat minum bisa mengering. Diatur dengan luas kandang ( 5 x 6 ) m2 hanya dihuni 100 bebek ( tidak lebih ) agar kotoran tidak terlalu banyak sehingga tidak sempat kering .Kotoran di dalam kandang tidak dibersihkan/dibuang, (ada yang sampai bertahun-tahun) tapi dijaga agar tetap kering. dengan pembesaran 600 ekor bebek sungguh tidak bisa dipercaya kalau bau yang dihasilkan hanya seperti bau poer pakan bebeknya sendiri ! 3. Pakan Bebek agar tidak bau, tidak memakai ikan segar ,tapi pakai tepung ikan kering .Berat bebek yang siap bertelur adalah 1,3 kg/ekor , harga per bulan Maret 2009 adalah Rp 28.000,-/ekor; sedang harga bibit bebek umur 3 hari adalah Rp 5.500,-/ekor.

Budidaya lele



I. Pendahuluan.
Lele merupakan jenis ikan yang digemari masyarakat, dengan rasa yang lezat, daging empuk, duri teratur dan dapat disajikan dalam berbagai macam menu masakan. dengan prinsip K-3 (Kuantitas, Kualitas dan Kesehatan) membantu petani lele dengan paket produk dan teknologi.

II. Pembenihan Lele.
Adalah budidaya lele untuk menghasilkan benih sampai berukuran tertentu dengan cara mengawinkan induk jantan dan betina pada kolam-kolam khusus pemijahan. Pembenihan lele mempunyai prospek yang bagus dengan tingginya konsumsi lele serta banyaknya usaha pembesaran lele.

III. Sistem Budidaya.
Terdapat 3 sistem pembenihan yang dikenal, yaitu :
1. Sistem Massal. Dilakukan dengan menempatkan lele jantan dan betina dalam satu kolam dengan perbandingan tertentu. Pada sistem ini induk jantan secara leluasa mencari pasangannya untuk diajak kawin dalam sarang pemijahan, sehingga sangat tergantung pada keaktifan induk jantan mencari pasangannya.
2. Sistem Pasangan. Dilakukan dengan menempatkan induk jantan dan betina pada satu kolam khusus. Keberhasilannya ditentukan oleh ketepatan menentukan pasangan yang cocok antara kedua induk.
3. Pembenihan Sistem Suntik (Hyphofisasi).
Dilakukan dengan merangsang lele untuk memijah atau terjadi ovulasi dengan suntikan ekstrak kelenjar Hyphofise, yang terdapat di sebelah bawah otak besar. Untuk keperluan ini harus ada ikan sebagai donor kelenjar Hyphofise yang juga harus dari jenis lele.

IV. Tahap Proses Budidaya.
A. Pembuatan Kolam.
Ada dua macam/tipe kolam, yaitu bak dan kubangan (kolam galian). Pemilihan tipe kolam tersebut sebaiknya disesuaikan dengan lahan yang tersedia. Secara teknis baik pada tipe bak maupun tipe galian, pembenihan lele harus mempunyai :
Kolam tandon. Mendapatkan masukan air langsung dari luar/sumber air. Berfungsi untuk pengendapan lumpur, persediaan air, dan penumbuhan plankton. Kolam tandon ini merupakan sumber air untuk kolam yang lain.
Kolam pemeliharaan induk. Induk jantan dan bertina selama masa pematangan telur dipelihara pada kolam tersendiri yang sekaligus sebagai tempat pematangan sel telur dan sel sperma.
Kolam Pemijahan. Tempat perkawinan induk jantan dan betina. Pada kolam ini harus tersedia sarang pemijahan dari ijuk, batu bata, bambu dan lain-lain sebagai tempat hubungan induk jantan dan betina.
Kolam Pendederan. Berfungsi untuk membesarkan anakan yang telah menetas dan telah berumur 3-4 hari. Pemindahan dilakukan pada umur tersebut karena anakan mulai memerlukan pakan, yang sebelumnya masih menggunakan cadangan kuning telur induk dalam saluran pencernaannya.

B. Pemilihan Induk
Induk jantan mempunyai tanda :
- tulang kepala berbentuk pipih
- warna lebih gelap
- gerakannya lebih lincah
- perut ramping tidak terlihat lebih besar daripada punggung
- alat kelaminnya berbentuk runcing.
Induk betina bertanda :
- tulang kepala berbentuk cembung
- warna badan lebih cerah
- gerakan lamban
- perut mengembang lebih besar daripada punggung alat kelamin berbentuk bulat.

C. Persiapan Lahan.
Proses pengolahan lahan (pada kolam tanah) meliputi :
Pengeringan. Untuk membersihkan kolam dan mematikan berbagai bibit penyakit.
Pengapuran. Dilakukan dengan kapur Dolomit atau Zeolit dosis 60 gr/m2 untuk mengembalikan keasaman tanah dan mematikan bibit penyakit yang tidak mati oleh pengeringan.
Perlakuan TON (Tambak Organik Nusantara). untuk menetralkan berbagai racun dan gas berbahaya hasil pembusukan bahan organik sisa budidaya sebelumnya dengan dosis 5 botol TON/ha atau 25 gr (2 sendok makan)/100m2. Penambahan pupuk kandang juga dapat dilakukan untuk menambah kesuburan lahan.
Pemasukan Air. Dilakukan secara bertahap, mula-mula setinggi 30 cm dan dibiarkan selama 3-4 hari untuk menumbuhkan plankton sebagai pakan alami lele.
Pada tipe kolam berupa bak, persiapan kolam yang dapat dilakukan adalah :
- Pembersihan bak dari kotoran/sisa pembenihan sebelumnya.
- Penjemuran bak agar kering dan bibit penyakit mati. Pemasukan air fapat langsung penuh dan segera diberi perlakuan TON dengan dosis sama

D. Pemijahan.
Pemijahan adalah proses pertemuan induk jantan dan betina untuk mengeluarkan sel telur dan sel sperma. Tanda induk jantan siap kawin yaitu alat kelamin berwarna merah. Induk betina tandanya sel telur berwarna kuning (jika belum matang berwarna hijau). Sel telur yang telah dibuahi menempel pada sarang dan dalam waktu 24 jam akan menetas menjadi anakan lele.

E. Pemindahan. 
Cara pemindahan :
- kurangi air di sarang pemijahan sampai tinggi air 10-20 cm.
- siapkan tempat penampungan dengan baskom atau ember yang diisi dengan air di sarang.
- samakan suhu pada kedua kolam
- pindahkan benih dari sarang ke wadah penampungan dengan cawan atau piring.
- pindahkan benih dari penampungan ke kolam pendederan dengan hati-hati pada malam hari, karena masih rentan terhadap tingginya suhu air.

F. Pendederan.
Adalah pembesaran hingga berukuran siap jual, yaitu 5 - 7 cm, 7 - 9 cm dan 9 - 12 cm dengan harga berbeda. Kolam pendederan permukaannya diberi pelindung berupa enceng gondok atau penutup dari plastik untuk menghindari naiknya suhu air yang menyebabkan lele mudah stress. Pemberian pakan mulai dilakukan sejak anakan lele dipindahkan ke kolam pendederan ini.

V. Manajemen Pakan.
Pakan anakan lele berupa :
- pakan alami berupa plankton, jentik-jentik, kutu air dan cacing kecil (paling baik) dikonsumsi pada umur di bawah 3 - 4 hari.
- Pakan buatan untuk umur diatas 3 - 4 hari. Kandungan nutrisi harus tinggi, terutama kadar proteinnya.
- Untuk menambah nutrisi pakan, setiap pemberian pakan buatan dicampur dengan POC NASA dengan dosis 1 - 2 cc/kg pakan (dicampur air secukupnya), untuk meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan tubuh karena mengandung berbagai unsur mineral penting, protein dan vitamin dalam jumlah yang optimal.

VI. Manajemen Air. 
Ukuran kualitas air dapat dinilai secara fisik :
- air harus bersih
- berwarna hijau cerah
- kecerahan/transparansi sedang (30 - 40 cm).

Ukuran kualitas air secara kimia :
- bebas senyawa beracun seperti amoniak
- mempunyai suhu optimal (22 - 26 0C).

Untuk menjaga kualitas air agar selalu dalam keadaan yang optimal, pemberian pupuk TON sangat diperlukan. TON yang mengandung unsur-unsur mineral penting, lemak, protein, karbohidrat dan asam humat mampu menumbuhkan dan menyuburkan pakan alami yang berupa plankton dan jenis cacing-cacingan, menetralkan senyawa beracun dan menciptakan ekosistem kolam yang seimbang. Perlakuan TON dilakukan pada saat oleh lahan dengan cara dilarutkan dan di siramkan pada permukaan tanah kolam serta pada waktu pemasukan air baru atau sekurang-kurangnya setiap 10 hari sekali. Dosis pemakaian TON adalah 25 g/100m2.

VI. Manajemen Kesehatan.
Pada dasarnya, anakan lele yang dipelihara tidak akan sakit jika mempunyai ketahanan tubuh yang tinggi. Anakan lele menjadi sakit lebih banyak disebabkan oleh kondisi lingkungan (air) yang jelek. Kondisi air yang jelek sangat mendorong tumbuhnya berbagai bibit penyakit baik yang berupa protozoa, jamur, bakteri dan lain-lain. Maka dalam menejemen kesehatan pembenihan lele, yang lebih penting dilakukan adalah penjagaan kondisi air dan pemberian nutrisi yang tinggi. Dalam kedua hal itulah, peranan TON dan POC NASA sangat besar. Namun apabila anakan lele terlanjur terserang penyakit, dianjurkan untuk melakukan pengobatan yang sesuai. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa, bakteri dan jamur dapat diobati dengan formalin, larutan PK (Kalium Permanganat) atau garam dapur. Penggunaan obat tersebut haruslah hati-hati dan dosis yang digunakan juga harus sesuai.

Jumat, 12 Maret 2010

Budidaya Ayam Pedaging


I. Pendahuluan
Ayam Pedaging (Broiler) adalah ayam ras yang mampu tumbuh cepat sehingga dapat menghasilkan daging dalam waktu relatif singkat (5-7 minggu). Broiler mempunyai peranan yang penting sebagai sumber protein hewani asal ternak.

II. Pemilihan Bibit
Bibit yang baik mempunyai ciri : sehat dan aktif bergerak, tubuh gemuk (bentuk tubuh bulat), bulu bersih dan kelihatan mengkilat, hidung bersih, mata tajam dan bersih serta lubang kotoran (anus) bersih

III. Kondisi Teknis yang Ideal
a. Lokasi kandang
Kandang ideal terletak di daerah yang jauh dari pemukiman penduduk, mudah dicapai sarana transportasi, terdapat sumber air, arahnya membujur dari timur ke barat.
b.Pergantian udara dalam kandang.
Ayam bernapas membutuhkan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Supaya kebutuhan oksigen selalu terpenuhi, ventilasi kandang harus baik.
c.Suhu udara dalam kandang.
Suhu ideal kandang sesuai umur adalah :
Umur (hari) Suhu ( 0C )
01 - 07 34 - 32
08 - 14 29 - 27
15 - 21 26 - 25
21 - 28 24 - 23
29 - 35 23 - 21

d.Kemudahan mendapatkan sarana produksi
Lokasi kandang sebaiknya dekat dengan poultry shop atau toko sarana peternakan.

IV. Tata Laksana Pemeliharaan
4.1 Perkembangan
Tipe kandang ayam Broiler ada dua, yaitu bentuk panggung dan tanpa panggung (litter). Tipe panggung lantai kandang lebih bersih karena kotoran langsung jatuh ke tanah, tidak memerlukan alas kandang sehingga pengelolaan lebih efisien, tetapi biaya pembuatan kandang lebih besar. Tipe litter lebih banyak dipakai peternak, karena lebih mudah dibuat dan lebih murah.
Pada awal pemeliharaan, kandang ditutupi plastik untuk menjaga kehangatan, sehingga energi yang diperoleh dari pakan seluruhnya untuk pertumbuhan, bukan untuk produksi panas tubuh. Kepadatan kandang yang ideal untuk daerah tropis seperti Indonesia adalah 8-10 ekor/m2, lebih dari angka tersebut, suhu kandang cepat meningkat terutama siang hari pada umur dewasa yang menyebabkan konsumsi pakan menurun, ayam cenderung banyak minum, stress, pertumbuhan terhambat dan mudah terserang penyakit.

4.2. Pakan
- Pakan merupakan 70% biaya pemeliharaan. Pakan yang diberikan harus memberikan zat pakan (nutrisi) yang dibutuhkan ayam, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, sehingga pertambahan berat badan perhari (Average Daily Gain/ADG) tinggi. Pemberian pakan dengan sistem ad libitum (selalu tersedia/tidak dibatasi).
- Apabila menggunakan pakan dari pabrik, maka jenis pakan disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan ayam, yang dibedakan menjadi 2 (dua) tahap. Tahap pertama disebut tahap pembesaran (umur 1 sampai 20 hari), yang harus mengandung kadar protein minimal 23%. Tahap kedua disebut penggemukan (umur diatas 20 hari), yang memakai pakan berkadar protein 20 %. Jenis pakan biasanya tertulis pada kemasannya. -Penambahan POC NASA lewat air minum dengan dosis 1 - 2 cc/liter air minum memberikan berbagai nutrisi pakan dalam jumlah cukup untuk membantu pertumbuhan dan penggemukan ayam broiler.
- Dapat juga digunakan VITERNA Plus sebagai suplemen khusus ternak dengan dosis 1 cc/liter air minum/hari, yang mempunyai kandungan nutrisi lebih banyak dan lengkap.
- Efisiensi pakan dinyatakan dalam perhitungan FCR (Feed Convertion Ratio). Cara menghitungnya adalah, jumlah pakan selama pemeliharaan dibagi total bobot ayam yang dipanen.

Contoh perhitungan :
Diketahui ayam yang dipanen 1000 ekor, berat rata-rata 2 kg, berat pakan selama pemeliharaan 3125 kg, maka FCR-nya adalah :
Berat total ayam hasil panen =
1000 x 2 = 2000 kg
FCR = 3125 : 2000 = 1,6
Semakin rendah angka FCR, semakin baik kualitas pakan, karena lebih efisien (dengan pakan sedikit menghasilkan bobot badan yang tinggi). Penggunaan POC NASA atau VITERNA Plus dapat menurunkan angka FCR tersebut.

4.3. Vaksinasi
Vaksinasi adalah pemasukan bibit penyakit yang dilemahkan ke tubuh ayam untuk menimbulkan kekebalan alami. Vaksinasi penting yaitu vaksinasi ND/tetelo. Dilaksanakan pada umur 4 hari dengan metode tetes mata, dengan vaksin ND strain B1 dan pada umur 21 hari dengan vaksin ND Lasotta melalui suntikan atau air minum.

4.4. Teknis Pemeliharaan
- Minggu Pertama (hari ke-1-7). Kutuk/DOC dipindahkan ke indukan atau pemanas, segera diberi air minum hangat yang ditambah POC NASA dengan dosis + 1 - 2 cc/liter air minum atau VITERNA Plus dengan dosis + 1 cc/liter air minum/hari dan gula untuk mengganti energi yang hilang selama transportasi. Pakan dapat diberikan dengan kebutuhan per ekor 13 gr atau 1,3 kg untuk 100 ekor ayam. Jumlah tersebut adalah kebutuhan minimal, pada prakteknya pemberian tidak dibatasi. Pakan yang diberikan pada awal pemeliharaan berbentuk butiran-butiran kecil (crumbles).
- Mulai hari ke-2 hingga ayam dipanen air minum sudah berupa air dingin dengan penambahan POC NASA dengan dosis 1 - 2 cc/liter air minum atau VITERNA Plus dengan dosis 1 cc/liter air minum/hari (diberikan saat pemberian air minum yang pertama). Vaksinasi yang pertama dilaksanakan pada hari ke-4.
- Minggu Kedua (hari ke 8 -14).
Pemeliharaan minggu kedua masih memerlukan pengawasan seperti minggu pertama, meskipun lebih ringan. Pemanas sudah bisa dikurangi suhunya. Kebutuhan pakan untuk minggu kedua adalah 33 gr per ekor atau 3,3 kg untuk 100 ekor ayam.
- Minggu Ketiga (hari ke 15-21).
Pemanas sudah dapat dimatikan terutama pada siang hari yang terik. Kebutuhan pakan adalah 48 gr per ekor atau 4,8 kg untuk 100 ekor. Pada akhir minggu (umur 21 hari) dilakukan vaksinasi yang kedua menggunakan vaksin ND strain Lasotta melalui suntikan atau air minum. Jika menggunakan air minum, sebaiknya ayam tidak diberi air minum untuk beberapa saat lebih dahulu, agar ayam benar-benar merasa haus sehingga akan meminum air mengandung vaksin sebanyak-banyaknya. Perlakuan vaksin tersebut juga tetap ditambah POC NASA atau VITERNA Plus dengan dosis tetap.
- Minggu Keempat (hari ke 22-28).
Pemanas sudah tidak diperlukan lagi pada siang hari karena bulu ayam sudah lebat. Pada umur 28 hari, dilakukan sampling berat badan untuk mengontrol tingkat pertumbuhan ayam. Pertumbuhan yang normal
mempunyai berat badan minimal 1,25 kg. Kebutuhan pakan adalah 65 gr per ekor atau 6,5 kg untuk 100 ekor ayam. Kontrol terhadap ayam juga harus ditingkatkan karena pada umur ini ayam mulai rentan terhadap penyakit.
- Minggu Kelima (hari ke 29-35).
Pada minggu ini, yang perlu diperhatikan adalah tatalaksana lantai kandang. Karena jumlah kotoran yang dikeluarkan sudah tinggi, perlu dilakukan pengadukan dan penambahan alas lantai untuk menjaga lantai tetap kering. Kebutuhan pakan adalah 88 gr per ekor atau 8,8 kg untuk 100 ekor ayam. Pada umur 35 hari juga dilakukan sampling penimbangan ayam. Bobot badan dengan pertumbuhan baik mencapai 1,8 - 2 kg. Dengan bobot tersebut, ayam sudah dapat dipanen.
- Minggu Keenam (hari ke-36-42).
Jika ingin diperpanjang untuk mendapatkan bobot yang lebih tinggi, maka kontrol terhadap ayam dan lantai kandang tetap harus dilakukan. Pada umur ini dengan pertumbuhan yang baik, ayam sudah mencapai bobot 2,25 kg.

4.5. Penyakit
Penyakit yang sering menyerang ayam broiler yaitu :
- Tetelo (Newcastle Disease/ND)
Disebabkan virus Paramyxo yang bersifat menggumpalkan sel darah. Gejalanya ayam sering megap-megap, nafsu makan turun, diare dan senang berkumpul pada tempat yang hangat. Setelah 1 - 2 hari muncul gejala syaraf, yaitu kaki lumpuh, leher berpuntir dan ayam berputar-putar yang akhirnya mati. Ayam yang terserang secepatnya dipisah, karena mudah menularkan kepada ayam lain melalui kotoran dan pernafasan. Belum ada obat yang dapat menyembuhkan, maka untuk mengurangi kematian, ayam yang masih sehat divaksin ulang dan dijaga agar lantai kandang tetap kering.
- Gumboro (Infectious Bursal Disease/IBD)
Merupakan penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang disebabkan virus golongan Reovirus. Gejala diawali dengan hilangnya nafsu makan, ayam suka bergerak tidak teratur, peradangan disekitar dubur, diare dan tubuh bergetar-getar. Sering menyerang pada umur 36 minggu. Penularan secara langsung melalui kotoran dan tidak langsung melalui pakan, air minum dan peralatan yang tercemar. Belum ada obat yang dapat menyembuhkan, yang dapat dilakukan adalah pencegahan dengan vaksin Gumboro.
- Penyakit Ngorok (Chronic Respiratory Disease)
Merupakan infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri Mycoplasma gallisepticum Gejala yang nampak adalah ayam sering bersin dan ingus keluar lewat hidung dan ngorok saat bernapas. Pada ayam muda menyebabkan tubuh lemah, sayap terkulai, mengantuk dan diare dengan kotoran berwarna hijau, kuning keputih-keputihan. Penularan melalui pernapasan dan lendir atau melalui perantara seperti alat-alat. Pengobatan dapat dilakukan dengan obat-obatan yang sesuai.
- Berak Kapur (Pullorum).
Disebut penyakit berak kapur karena gejala yang mudah terlihat adalah ayam diare mengeluarkan kotoran berwarna putih dan setelah kering menjadi seperti serbuk kapur. Disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum.
Kematian dapat terjadi pada hari ke-4 setelah infeksi. Penularan melalui kotoran. Pengobatan belum dapat memberikan hasil yang memuaskan, yang sebaiknya dilakukan adalah pencegahan dengan perbaikan sanitasi kandang.
Infeksi bibit penyakit mudah menimbulkan penyakit, jika ayam dalam keadaan lemah atau stres. Kedua hal tersebut banyak disebabkan oleh kondisi lantai kandang yang kotor, serta cuaca yang jelek. Cuaca yang mudah menyebabkan ayam lemah dan stres adalah suhu yang terlalu panas, terlalu dingin atau berubah-ubah secara drastis. Penyakit, terutama yang disebabkan oleh virus sukar untuk disembuhkan. Untuk itu harus dilakukan sanitasi secara rutin dan ventilasi kandang yang baik. Pemberian POC NASA yang mengandung berbagai mineral penting untuk pertumbuhan ternak, seperti N, P, K, Ca, Mg, Fe dan lain-lain serta dilengkapi protein dan lemak nabati, mampu meningkatkan pertumbuhan ayam, ketahanan tubuh ayam, mengurangi kadar kolesterol daging dan mengurangi bau kotoran. Untuk hasil lebih optimal, pemberian POC NASA dapat dicampur dengan Hormonik dosis 1 botol POC NASA dicampur dengan 1-2 tutup botol Hormonik, atau 1 botol POC NASA dicampur dengan 2-4 kapsul Asam Amino. Dapat juga menggunakan VITERNA Plus yang merupakan suplemen khusus ternak dengan kandungan :
1. Mineral-mineral yang penting untuk pertumbuhan tulang, organ luar dan dalam, pembentukan darah dan lain-lain.
2. Asam-asam amino utama seperti Arginin, Histidin, Isoleucine, Lycine, Methionine , Phenylalanine, Threonine, Thryptophan, dan Valine sebagai penyusun protein untuk pembentukan sel, jaringan, dan organ tubuh
3. Vitamin-vitamin lengkap, yaitu A, D, E, K, C dan B Komplek untuk kesehatan dan ketahanan tubuh.

4.6. Sanitasi/Cuci Hama Kandang
Sanitasi kandang harus dilakukan setelah panen. Dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu pencucian kandang dengan air hingga bersih dari kotoran limbah budidaya sebelumnya. Tahap kedua yaitu pengapuran di dinding dan lantai kandang. Untuk sanitasi yang sempurna selanjutnya dilakukan penyemprotan dengan formalin, untuk membunuh bibit penyakit. Setelah itu dibiarkan minimal selama 10 hari sebelum budidaya lagi untuk memutus siklus hidup virus dan bakteri, yang tidak mati oleh perlakuan sebelumnya.

BUDIDAYA TOMAT CERRY

0 komentar

BUDIDAYA TOMAT CHERRY SECARA HIDROPONIK
DI SCREEN HOUSE 
(Pusat Inkubator Agribisnis BBPP Lembang)
By. *Hage*
bbppl-tomat cherry1.jpg
SEBELUM ANDA MULAI
Hal-hal penting sebelum mengambil keputusan untuk memulai budidaya tomat cherry secara hidroponik diantaranya yang perlu kita perhatikan yaitu: persiapan nursery, persemaian, pemilihan varietas, penanaman (transplanting), pengendalian hama penyakit, pemupukan, panen dan pasca panen, serta pemasarannya.

Ada beberapa hal yang harus Anda tanyakan pada diri Anda sendiri SEBELUM ANDA MULAI melakukan usaha tersebut, antara lain :
  • Mengapa Anda ingin mulai dalam bisnis ini? Dalam situasi ini ada asumsi bahwa kita mulai karena ini mendapatkan hasil  keuntungan.
  • Apakah lokasinya cocok untuk tanaman tomat cerry? Syarat tumbuh pada ketinggian kurang lebih 700 - 1.200 m dpl, suhu siang hari 28 derajat Celcius, suhu malam hari 18 derajat Celcius, persediaan air cukup, tidak jauh dari pasar dan sebagainya.
  • Siapa yang akan mengurus kebun dari hari ke hari? Seseorang yang mempunyai skil dalam hal teknis, sosial dan manajemen akan melakukan rutinitas pekerjaan ini dan tidak takut tangan dan pakaiannya menjadi kotor.
  • Seberapa besar Anda akan mulai? Tentunya tergantung berapa banyak uang yang Anda punya, kualitas dan pengalaman dari SDM Anda, tingkat teknologi yang akan digunakan dan sebagainya.
  • Kapan Anda akan mulai? Setelah melakukan penelitian kelayakan teknis dan ekonomis secara serius.  Jangan terlalu cepat percaya pada informasi yang baru Anda dengar atau kepada spesialis yang baru Anda kenal.
  • Berapa besar Anda harus berinvestasi? Tergantung beberapa hal seperti teknologi, kualitas sarana produksi yang Anda gunakan, lokasi manajemen, konsultan, supplier, dan lain-lain.
  • Investasi dan biaya operasional untuk tahun pertama sekitar Rp.150.000,- s/d 300.000,- per meter persegi bahkan bisa lebih besar.
  • Hasil keuntungan bisa mencapai 50 s.d 150 % dari biaya produksi  yang dikeluarkan dalam setiap musim.


PERSEMAIAN
Dalam melakukan persemaian hampir sama dengan komoditi lainnya, tomat cerry dengan sistem hidroponikpun dilakukan pembibitan terlebih dahulu. Periode pembibitan merupakan awal dari sistem bercocok tanam yang sangat penting karena akan menentukan berhasil tidaknya tanaman pada masa produksi.

A.   Persiapan
Sarana, alat dan bahan yang harus dipersiapkan adalah Green house, Nursery, Tray semai/wadah, Benih (contoh benih tomay cerry yang ada), Media semai (Rockwool-Grodan, arang sekam(Sekam bakar), pasir, dll), Thermometer dan Hygrometer, Pinset, Ruang semai dan Alat semprot (hand sprayer).
bbppl-tomat cherry2.jpgbbppl-tomat cherry3.jpgbbppl-tomat cherry4.jpgbbppl-tomat cherry5.jpg


B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam  budidaya tomat cerry, diantaranya; 1) kontruksi dari Green house harus disesuaikan dengan ketinggian tempat, 2) persemaian/pembibitan antara lain Kualitas benih, Jenis media yang digunakan, 3) Suhu dan Kelembapan, intensitas cahaya dan 4) Teknis pembibitan.

C. Teknis Pembibitan
  • Benih terlebih dahulu direndam dengan air hangat kuku selama ± 30 menit, sambil menunggu kita bbppl-tomat cherry20.jpgbisa menyiapkan media semai yang akan digunakan.
  • Basahi media dengan air bersih dan pastikan media basah sampai merata dan biarkan sesaat agar air siraman yang berlebihan menetes.
  • Buat lubang kecil pada rockwool-Grodan (apabila menggunakan Rockwool) atau garitan kecil yang saling berpotongan pada Sekam (apabila menggunakan sekam bakar) sehingga membentuk bujur sangkar dengan jarak     ± 2 Cm.
  • Letakkan benih satu persatu pada setiap lubang dengan posisi calon lembaga (titik tumbuh menghadap kebawah ± 0,5 Cm dengan menggunakan Pinset, setelah semua benih disemai kemudian tutup dengan plastik mulsa. 
  • Benih akan berkecambah dalam waktu ± 4 - 7 hari, Plastik mulsa dibuka kemudian bibit dipindahkan ke tempat yang ada sinar dengan tetap menjaga suhu dan kelembaban.
  • Bibit dengan koteledon tumbuh sempurna, dipindahkan kepolybag 15 x 15 Cm yang telah dibasihi dengan larutan nutrisi  dengan EC. 1,5 mS/Cm dan pH. 5.5.
  • Pemeliharaan dipersemaian/pembibitan meliputi Penyiraman,1-2 kali sehari (tergantung Cuaca, Fase pertumbuhan bibit, dan media yang digunakan), Pengendalian hama dan penyakit selama di nursery dan yang tak kalah pentingnya adalah pengaturan kembali jarak antar tanam agar daun tanaman tidak saling menutupi.
  • Bibit siap tanam ke greenhouse produksi setelah berumur ± 21 hari di polybag atau sudah berdaun ± 5 hilai.

PERSIAPAN TANAM DAN TRANSPLANTING
  
Setelah bibit siap untuk dipindahkan ke greenhouse ada beberapa hal yang harus dilakukan/dipersiapkan sebelum transplanting:
A.  STERILISASI GREENHOUSE 
Sterilisasi dilakukan dengan tujuan untuk membersihkan seluruh greenhouse dari mikroorgnisme (telur/larva, virus, bbppl-tomat cherry25.jpgbakteri dan fungi) yang dapat merugikan tanaman. Ada beberapa bahan yang sering digunakan dalam sterilisasi antara lain lysol, formalin dan beberapa jenis pestisida, yang dalam penggunaannya biasa dilakukan dengan cara:
  • Formalin 5% disemprotkan ke seluruh bagian greenhouse dengan konsentrasi 5 cc/liter air
  • Dalam waktu ±4-5 hari setelah penyemprotan formalin disusul dengan penyemprotan pestisida (insektisida dan fungisida) dan diulang sampai 2-3 kali.
  • Sehari sebelum media tanam ditata, greenhouse disemprot dengan larutan lysol dengan konsentrasi 3-5 cc/ liter air.
  • Instalasi bak desinfektan kaki supaya penyakit tidak bisa dibawa ke dalam screenhouse.
B.  PERSIAPAN TANAM 
  • Sebelum media ditempatkan, terlebih dahulu media dimasukkan kedalam polybag atau plastik slab atau pot.
  • Bila menggunakan plastik slab, ukuran yang biasa digunakan adalah 100 x 25 cm dan jika menggunakan polybag, ukurannya 35 x 40 cm
  • Media yang biasa digunakan adalah sekam bakar, rockwool-grodan atau cocopeat.
  • Kemudian media tersebut ditata didalam screen house sesuai dengan jarak tanam yang diinginkan (pada umumnya menggunakan jarak tanaman  antar bedengan ± 100 cm dan antar tanaman ± 50 cm).
  • Buat lubang tanam dengan diameter ± 15 cm pada permukaan slab (jika menggunakan sistem slab) apabila menggunakan polybag buatlah lubang tanam sesuai dengan besarnya polybag yang digunakan untuk pemeliharaan dinursery.
  • Media dibasahi dengan larutan nutrisi/pupuk dengan EC 1,5 dan pH 5,5 sampai benar-benar basah/jenuh.
  • Tahap selanjutnya bibit siap untuk ditransplanting ke screen house. Sebelum bibit ditempatkan bagian bawah polybag digunting dengan hati-hati supaya akar bibti tidak putus/rusak, kemudian bibit ditempatkan pada lubang tanam yang telah dipersiapkan.
  • Untuk menghindari terjadi kelebihan air siraman dan tumpukan garam-garam dimedia, satu hari setelah transplanting lubang draenase dibuat pada bagian bawah slab/polybag.
  bbppl-tomat cherry21.jpgbbppl-tomat cherry22.jpgbbppl-tomat cherry19.jpgbbppl-tomat cherry23.jpg
   
C. PEMELIHARAAN
   
        1.  Penyiraman dan Pemupukan (Fertigasi)bbppl-tomat cherry26.jpg
 Pemupukan dan Penyiraman (fertigasi) pada budidaya tomat sistem hidroponik umumnya dilakukan secara bersamaan. Teknis fertigasi bisa dilakukan dengan manual atau sistem irigasi tetes (Drip irrigation system), tapi yang terbaik untuk fertigasi adalah dengan sistem irigasi tetes yang berkualitas baik dengan demikian fertigasi bisa merata, tenaga kerja tidak terlalu banyak, menghemat waktu (dalam waktu singkat bisa menyiram tanaman dalam jumlah yang banyak).
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
  • Kualitas air (sumber air/sumur/mata air), harus bersih dan bebas dari penyakit/kimia
  • Kualitas pupuk/nutrisi (komposisi hara harus sesuai dengan kebutuhan tanaman, pupuk yang dipakai mempunyai kemampuan larut 100 %) 
  • Waktu, volume dan frekuensi fertigasi
  • Jenis media yang digunakan
             Teknis Fertigasi
  • Frekuensi dan volume siram harus disesuaikan dengan kondisi cuaca, jenis dan umur tanaman, fase pertumbuhan tanaman dan jenis media yang digunakan. Cuaca mendung atau hujan (evaporasi kurang) volume dan frekuensi penyiraman dikurangi karena efek terhadap media menjadi terlalu basah sehingga akar tidak bisa tumbuh dengan baik. kondisi yang diinginkan tanaman adalah berimbang antara air, udara, pupuk dan media tanam. Sebaliknya kalau cuaca panas (evaporasi naik) fertigasi harus lebih sering dan volumenya lebih banyak.
  • Nilai EC (jumlah pupuk yang larut dalam air) dan nilai pH (tingkat keasaman) suatu larutan sangatlah penting sebab akan menunjukkan berapa banyak unsur hara yang tersedia  bagi tanaman. Sebab tidak ada satu situasi yang sama (beda daerah, iklim, beda media, beda varietas dll) jumlah dan frekuensi tidak bisa distandarkan /disamakan. Untuk setiap situasi dan kondisi yang berbeda harus kita cari cara yang optimal untuk tanaman.
  • Tingkat kepekatan (EC) yang diberikan untuk tanaman harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi. pH didalam media yang bagus kurang lebih 5,2 sebab dengan tingkat pH tersebut semua unsur hara tersedia didalam air/media bisa diserap oleh tanaman.
  • Satu hal yang tak kalah penting adalah pencatatan mengenai waktu siram, volume siram, EC/pH in, EC/pH out, suhu, RH dan kondisi cuaca. Hal ini penting sebab dari data tersebut bisa membantu dalam mengambil suatu keputusan untuk merubah atau tidak sistem yang sudah berlangsung sebelumnya.
    bbppl-tomat cherry15.jpg

       2.   Pewiwilan
 Pewiwilan adalah membuang baik tunas maupun daun yang sudah tua bertujuan agar nutrisi yang diserap oleh tanaman terpusat pada batang utama sehingga akan menghasilkan kualitas buah yang baik.
       3.   Pengendalian Hama dan Penyakit
 Monitoring terhadap serangan hama dan penyakit menjadi penting sebab akan diketahui 
  • Serangan apa yang terjadi
  • Berapa berat serangan
  • Tindakan apa yang akan dilakukan
  • Kapan akan dilakukan pengendalian 

Pengalaman dari beberapa petani terakhir ada beberapa hama dan penyakit yang sering menyerang bbppl-tomat cherry14.jpgseperti: Kutu kebul (white play), ulat buah, virus, layu fusarium, layu bakteri, powdery meldew, busuk daun, penyakit fisiologis (defesiensi unsur hara) dan sebagainya.

Pencegahan dan Pengendalian dapat dilakukan dengan cara:
  • Menjaga kebersihan, membuang sisa tanaman/gulma jauh dari lokasi screenhouse/masuk bak sampah dan dibakar.
  • Sterilisasi screenhouse (gunakan lysol,formalin dan pestisida) ini harus dilakukan setiap awal musim tanam/sebelum tanam dimmulai.
  • Memasang bak disenfeksi kaki untuk mencegah masuknya telur/larva hama dan patogen penyakit bbppl-tomat cherry09.jpgyang terbawa oleh alas kaki.
  • Menggunakan varietas yang resisten
  • Tanaman yang terserang penyakit (virus, bakteri) di masukkan kekantong/karung plastik lalu buang jauh dari lokasi greenhouse/dibakar.
  • Biologis, dengan memanfaatkan musuh alami (predator), tapi cara ini diIndonesia masih jarang dilakukan.
  • Kimiawi (pestisida), ini akan menjadi bagus jika penggunaannya tepat dalam pemilihan jenis, konsentrasi dan volume semprot. Disamping itu bisa mempunyai epek kurang baik kalau dalam penggunaannya salah. Untuk menghindari terjadinya kesalahan, bbppl-tomat cherry16.jpgmemerlukan pengetahuan teknis dan alat (nozle) kualitas tinggi.
  • Lakukan pengendalian bersama-sama dengan kebun disekitar (kebun tetangga) supaya pengendalian hama dan penyakit mungkin akan lebih efektif

Satu hal perlu diperhatikan pengaruh pestisida terhadap kesehatan petani, konsumen, dan lingkungan. Untuk menghindari hal tersebut harus menggunakan pengaman seperti jas/pakain semprot, sarung tangan, masker, kacamata dan pengaman lainnya.
PEMANENAN Tomat cerry bisa si panen  setelah berumur 2,5 bulan setelah tanaman atau buahnya sudah kelihatan ¼ bagian berwarna merah, dan panen selanjutnya dilakukan setiap 2 hari sekali sampai dengan usia 4 bulan setelah tanam.
bbppl-tomat cherry11.jpgbbppl-tomat cherry10.jpgbbppl-tomat cherry24.jpgbbppl-tomat cherry27.jpg